Kalau idea journal gue kemarin membahas tentang bagaimana peran BK di sekolah, mungkin sudah terbaca kalau gue memiliki minat pada anak-anak. Karena menurut gue, kesehatan mental seorang anak akan berpengaruh sama banyak hal di hidup anak tersebut, diantaranya:
1. Kehidupan pribadi, kayak gak percaya diri, insecure, merasa dirinya gak berguna, bahkan bisa menuntun ke suicidal thought.
2. Kehidupan sosial, susah bersosialisasi, merasa rendah diri, minder, bahkan jadi anti sosial karena punya ketakutan tersendiri untuk memulai hubungan dengan teman sebayanya.
3. Masa depan, gue percaya apa yang membentuk kita hari ini, akan memengaruhi masa depan kita. Misalnya ketika punya trauma masa kecil, trauma tersebut bisa terbawa sampai kita dewasa. Begitu pula dengan penyakit mental yang dapat memengaruhi kehidupan pribadi dan sosial seseorang. Rasa trauma, insecure, rendah diri, tidak percaya diri, dan minder akan terus terbawa sampai seorang anak dewasa jika tidak mendapat penanganan secepatnya.
Berangkat dari tiga hal tersebut, gue memutuskan untuk concern ke kesehatan mental anak-anak. Karena anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus mendapat perhatian lebih (ngomong apa sih gue hahaha).
Dari penjabaran tersebut, gue kepikiran suatu masalah yang dekat dengan kehidupan anak-anak dan selalu berhasil membuat seorang anak mengalami mental breakdown. Yaitu, perundungan atau bullying. Sedikit curhat (maaf curhatnya malah di idea journal ini hehehe), gue merupakan salah satu korban bullying sejak SD bahkan sampai SMA. Ejekan seperti gendut, rasis, jelek, lemah, cengeng dan lain sebagainya sudah sering gue terima dari murid lain yang satu sekolah dengan gue, bahkan guru dan ayah gue sendiri. Bukan cuma ejekan, sih, bahkan sampai ancaman dan kekerasan fisik. Mental breakdown, nangis tiap hari, kabur dari rumah, sampai melukai diri gue sendiri udah pernah gue lakukan. Untungnya, ada orang yang sampai sekarang jadi support system gue nomor satu dan telah berhasil buat gue bangkit kayak sekarang menjadi Peter dengan pola pikir yang dewasa. Orang itu adalah nyokap gue sendiri. Dia orang satu-satunya yang tahu seluk-beluk gue dan smeua masalah gue. Apa pun kejadian dalam hidup gue dan nyokap, kami selalu melakukan deep sharing sampai sekarang.
Okay, back to topic! Selain dari pengalaman, dewasa ini gue juga banyak melihat munculnya kasus perundungan yang punya kesamaaan pola. Sekumpulan anak-anak merasa dirinya superior dan ingin menunjukkannya kepada teman lainnya dengan cara melakukan tindakan perundungan pada anak-anak yang terlihat lemah dan termarjinalkan. Karena merasa gak ada yang dukung, akhirnya anak ini cuma diam aja. Selain jadi korban, gue juga sering jadi saksi teman-teman gue yang kena bully bahkan lebih buruk dari gue. Gue pernah ngebela anak yang kena bully, justru gue yang kena kekerasan fisik sama para pembuli tersebut. Karena gue kurang pendukung. Teman-teman yang lain gak mau speak up karena gak mau kena masalah sama para pembuli. See? Polanya gak berubah dari dulu.
Dari hal-hal tersebut, gue punya keinginan untuk menghilangkan perundungan dari anak-anak Indonesia. Atau setidaknya, jangan sampai ada korban bully yang bunuh diri lagi. Kalau bisa, mereka harus berani speak up. Lalu pertanyannya, hal apa yang mau gue lakukan? Mungkin yang paling bisa gue lakukan adalah membuat campaign tentang memberantas bully di sekolah dan media sosial. Akan ada pendekatan berbeda setiap jenjang Pendidikan (SD, SMP, dan SMA). Yang udah gue pikirkan adalah campaign offline, gue menghayal kalau akan ada tim yang pergi langsung ke sekolah-sekolah dan mengadakan penyuluhan dengan nilai yang sama, namun pendekatannya berbeda-beda (sesuai jenjang pendidikan). Sebagai garis besar, campaign tiap jenjangnya sebagai berikut:
1. Untuk jenjang SD, gue akan coba dengan mendongeng menggunakan properti boneka dengan cerita mengenai perundungan. Hal ini menurut gue akan efektif karena dengan mendongeng, anak-anak dapat lebih mengerti.
2. Untuk jenjang SMP dan SMA, gue mau hal yang lebih serius, seperti penyuluhan yang di dalamnya terdapat sosialisasi dampak buruk bullying, penanganan, pencegahan, dan kesaksian dari korban bully. Supaya mereka gak cuma aware kalau mereka bisa jadi korban, tapi juga aware kalau mereka bisa jadi pelaku. Selain itu, gue juga ingin ada sesi “pengakuan dosa” atau minta maaf dari setiap siswa/i ke teman-temannya in case mereka punya masalah, dendam/luka, atau pernah membully teman mereka yang lain. Karena menurut gue, perundungan juga bisa timbul dari masalah-masalah kecil seperti itu.
Pada akhirnya gue ingin anak-anak sekolah ini juga ikut berpartisipasi dalam kampanye ini lewat tanda tangan dan pembagian pin anti bullying. Gue ingin ketika mereka udah pakai pin tersebut, mereka punya rasa tanggung jawab dan awareness tentang buruknya perundungan.
Komentar
Posting Komentar