Setelah menentukan irisan, diskusi gue dengan Cila untuk kolaorasi proyek berlanjut. Kami mengembangkan pemikiran kami yang sebelumnya untuk menjawab pertanyaan seputar idea journal 8 ini. Kami fokus pada isu perundungan di masa orientasi mahasiswa baru seperti perpeloncoan, senioritas, dan lain sebagainya.
Proses Kreatif
Setelah berdiskusi untuk identifikasi secara general mengenai project kami, berikut merupakan gambaran lebih lanjutnya:
1. Pre event:
- ONLINE
campaign dengan sosial media tiktok dan sosial media lain yang sedang digemari mahasiswa yakni seperti LINE, Instagram, dan Twitter dengan gagasan/ide dasar bertema anti bullying. Nanti pemaparannya akan dilakukan secara general di awal, mengenai apa itu mental health, mental illness, apa itu bullying, dan korelasi keduanya. Dalam melakukan kampanye, kami akan bekerja sama dengan seluruh badan/organisasi kemahasiswaan mulai dari himpunan jurusan hingga BEM UI. Ini
- ONLINE
campaign dengan sosial media tiktok dan sosial media lain yang sedang digemari mahasiswa yakni seperti LINE, Instagram, dan Twitter dengan gagasan/ide dasar bertema anti bullying. Nanti pemaparannya akan dilakukan secara general di awal, mengenai apa itu mental health, mental illness, apa itu bullying, dan korelasi keduanya. Dalam melakukan kampanye, kami akan bekerja sama dengan seluruh badan/organisasi kemahasiswaan mulai dari himpunan jurusan hingga BEM UI. Ini
- OFFLINE (Seminar anti bullying)
Seminar ini diadakan dengan target audiensnya adalah mahasiswa baru dan memiliki objektif untuk meningkatkan awareness dan keberanian (untuk speak up) mengenai perundungan baik pada proses orientasi, maupun aktivitas kampus biasa. Mahasiswa baru akan dibekali wawasan seputar bullying (definisi, jenis-jenis, akibat, penanganan, pencegahan, dan lain sebagainya), mengingat masih banyaknya orang yang tidak sadar dan membiarkan, padahal sebenarnya dirinya sudah menjadi korban bullying.
Seminar ini diadakan dengan target audiensnya adalah mahasiswa baru dan memiliki objektif untuk meningkatkan awareness dan keberanian (untuk speak up) mengenai perundungan baik pada proses orientasi, maupun aktivitas kampus biasa. Mahasiswa baru akan dibekali wawasan seputar bullying (definisi, jenis-jenis, akibat, penanganan, pencegahan, dan lain sebagainya), mengingat masih banyaknya orang yang tidak sadar dan membiarkan, padahal sebenarnya dirinya sudah menjadi korban bullying.
2. Main event
OFFLINE
-Mental Health Test setiap semester.
Ditujukan untuk mengetahui kondisi setiap mahasiswa dengan tujuan baik yaitu untuk memfasilitasi mereka yang membutuhkan bantuan. Selain itu, platform ini diharapkan dapat mengadvokasi para korban bullying untuk mendapatkan ganjaran.
Pertanyaan Seputar Proyek
1. Apakah ada kompetitor/produk & jasa/kampanye sejenis?
Untuk project ini, sebenarnya terdapat kompetitor di UI sendiri. Diantaranya yang menjadi pesaing kami yaitu UI Sehat Mental dan Adkesma dari setipa BEM dan Himpunan Mahasiswa. Untuk mengatasinya, sebagai wadah yang sama-sama bertujuan baik, kami memutuskan untuk mengajak para kompetitor untuk bekerja sama agar kampanye ini semakin efektif.
2. Jelaskan mengapa audiens kalian perlu memakai produk/jasa atau mendengarkan kampanye kalian? Apa sih yang membuat proyek kalian spesial?
Project yang kami rancang ini terdiferensiasi dan memiliki ciri khas tersendiri, yakni membawa isu utama bullying, terutama yang bersangkutan dengan OSPEK di kampus dan senioritas yang mungkin terjadi. Hal ini kami rasa akan cukup bisa manarik perhatian target audiens dapat engaged dengan project kami, yakni karena isu yang dibawa sangat dekat dengan kehidupan mahasiswa, terutama para mahasiswa baru yang rentan menjadi korban kekerasan dan perundungan pada masa orientasi. Terkhusus yang berbau senioritas. Selain itu, jenis bullying lain juga kerap terjadi di aktivitas sehari-hari mahasiswa UI (cyber bullying, body shaming, relational bullying, toxic seniority, toxic masculinity, dan lain sebagainya).
3. Kendala/kelemahan proyek yang sedang kalian garap apa saja?
Kelemahan project kami yaitu cakupannya yang masih di tingkat internal yakni UI, belum mencover keseluruhan mahasiswa di suatu daerah besar. Selain itu bisa saja kami menerima sikap tidak kooperatif dari BEM/Himpunan dengan alasan mencampuri urusan orientasi mereka. Untuk mengatasinya, kami melakukan pendekatan pada apra pemangku kepentingan seperti Rektorat dan Dekanat supaya mendapat power untuk forcing jika ada BEM atau Himpunan yang menolak bekerja sama. Contohnya adalah FISIP yang sangat anti dengan perundungan dan toxic seniority di lingkungan FISIP sendiri, sehingga BEM dan Himpunannya dapat kooperatif untuk menghindari perpeloncoan dan perundungan pada acara orientasinya.
Komentar
Posting Komentar