Saat kelas creative thingking terakhir, gue bersama Farine saling bertukar wawasan, meminta masukan, dan memberikan pendapat terkait produk yang akan kami rancang masing-masing. Sebetulnya banyak banget yang mau kita bahas berdua, tapi karena waktu yang sedikit, jadi kami menyesuaikan saja agar pembicaraannya menjadi tidak terlalu lama.
Gue bilang kalau gue akan membuat sebuah campaign anti bullying dengan sasaran anak SMA. Karena berdasarkan riset yang gue lakukan, bullying paling sering terjadi di sekolah dengan korban dan pelakunya adalah pelajar. Karena mungkin yang bisa gue jangkau dengan lebih mudah adalah anak SMA, jadi gue mempersempit sasaran gue jadi anak SMA.
Gue menjelaskan ke Farine bahwa big idea gue adalah mau memberi tahu kepada para pelajar, bahwa kita tidak hanya bisa jadi korban bullying saja, melainkan pelaku bullying juga. Dari riset literatur yang gue lakukan, ternyata para pelaku bullying memiliki self-esteem (harga diri) yang relatif rendah dari pada pelajar yang tidak melakukan tindakan bullying. Berangkat dari situ, gue mau membuat campaign seputar bagaimana untuk menaikan self-esteem. Sebetulnya korban bullying juga pasti mengalami self-esteem rendah juga. Jadi, campaign ini benar-benar menyasar pelaku dan korban bullying. Dari big idea ini gue mau pakai pendekatan sampai level action.di mana orang-orang yang mengikuti campaign ini mereka bakal take action untuk tidak membully orang lain and can be brave to stand for themselves in case they are victims of bullying.
Dari paparan tadi, gue mendapat feedback yang sangat konstruktif dari Farine. Farine berpendapat untuk melakukan riset audiens (lagi) mengenai pelaku bullying. Gue disarankan untuk mencari responden yang benar-benar emang pelaku bullying kelas berat, dan tanya mereka apakah benar mereka kehilangan self-esteem saat melakukan bullying dan setelahnya mereka akan merasa puas? Farine bilang juga untuk tanyakan alasan mereka menjadi pelaku bullying kelas berat. Masukan ini sangat bagus namun penuh tantangan juga. Gue bingung aja gimana cari responden serelevan itu? Mungkin gue bisa coba kalau memungkinkan. Karena menrutu gue, riset literatur yang gue lakukan, sumber aslinya juga menggunakan riset audiens, sih.
So far, itu sih insightyang gue dapat dari tukar wawasaran kemarin. Oiya, kayanya gue bakalan fix pake tagline #ConfidentlyNoBully deh! Hahaha ...
Gue bilang kalau gue akan membuat sebuah campaign anti bullying dengan sasaran anak SMA. Karena berdasarkan riset yang gue lakukan, bullying paling sering terjadi di sekolah dengan korban dan pelakunya adalah pelajar. Karena mungkin yang bisa gue jangkau dengan lebih mudah adalah anak SMA, jadi gue mempersempit sasaran gue jadi anak SMA.
Gue menjelaskan ke Farine bahwa big idea gue adalah mau memberi tahu kepada para pelajar, bahwa kita tidak hanya bisa jadi korban bullying saja, melainkan pelaku bullying juga. Dari riset literatur yang gue lakukan, ternyata para pelaku bullying memiliki self-esteem (harga diri) yang relatif rendah dari pada pelajar yang tidak melakukan tindakan bullying. Berangkat dari situ, gue mau membuat campaign seputar bagaimana untuk menaikan self-esteem. Sebetulnya korban bullying juga pasti mengalami self-esteem rendah juga. Jadi, campaign ini benar-benar menyasar pelaku dan korban bullying. Dari big idea ini gue mau pakai pendekatan sampai level action.di mana orang-orang yang mengikuti campaign ini mereka bakal take action untuk tidak membully orang lain and can be brave to stand for themselves in case they are victims of bullying.
Dari paparan tadi, gue mendapat feedback yang sangat konstruktif dari Farine. Farine berpendapat untuk melakukan riset audiens (lagi) mengenai pelaku bullying. Gue disarankan untuk mencari responden yang benar-benar emang pelaku bullying kelas berat, dan tanya mereka apakah benar mereka kehilangan self-esteem saat melakukan bullying dan setelahnya mereka akan merasa puas? Farine bilang juga untuk tanyakan alasan mereka menjadi pelaku bullying kelas berat. Masukan ini sangat bagus namun penuh tantangan juga. Gue bingung aja gimana cari responden serelevan itu? Mungkin gue bisa coba kalau memungkinkan. Karena menrutu gue, riset literatur yang gue lakukan, sumber aslinya juga menggunakan riset audiens, sih.
So far, itu sih insightyang gue dapat dari tukar wawasaran kemarin. Oiya, kayanya gue bakalan fix pake tagline #ConfidentlyNoBully deh! Hahaha ...
Komentar
Posting Komentar